Kehidupan Masyarakat Turki

MELIHAT DARI DEKAT KEHIDUPAN MASYARAKAT ISLAM DI TURKI

Islam dulu agama terbesar di Turki sejak masa kesultanan Utsmaniyah di tahun 1453. Bahkan kini jumlah muslim di Turki mencapai 99,8% dari jumlah seluruh penduduk kemudian dalam perkembangannya penganut agama Islam terus meningkat. Sementara gereja-gereja di Turki peninggalan Bizantium termasuk Hagia Shopia banyak diubah menjadi masjid. Sayangnya kejayaan kesultanan Utsmaniyah tak berlangsung lama setelah Ottoman ditaklukkan dan dimusnahkan oleh presiden Turki Mustafa Kemal Attaturk penganut paham sekulerisme. Sejak itulah paham sekulerisme tertanam mengakar dalam kehidupan masyarakat Turki sampai puluhan tahun atau 90 tahun dan tidak mudah menyingkirkan dalam sekejap. Kini masyarakat muslim di Turki mendapat kemerdekaan Islam juga angin baru setelah 90 tahun terbelenggu oleh paham sekulerisme selama beberapa dekade setelah Turki dipimpin oleh perdana menteri Erdogan yang memenangkan pemilu dengan partai AKP.

Masyarakat Islam di Turki, dibawah kekuasaan Erdogan bebas menjalankan kegiatan ritual sesuai keyakinan dan kebebasan keagamaan diberikan seluas-luasnya oleh pemerintah seperti memakai jilbab di berbagai institusi pendidikan, pemerintah / negara, kecuali larangan bagi polisi, tentara, hakim maupun jaksa. Jilbab bagi kaum wanita di Turki awalnya sangat dilarang oleh pemerintah Turki mengingat negara ini masih menjunjung paham sekulerisme, bahkan wacana jilbab mengundang pro dan kontroversi antara kelompok muslim dengas sekuleris. Perkembangan berikutnya fenomena jilbab di Turki masih meninggalkan sejumlah masalah besar yakni larangan berjilbab di lingkungan parlemen Turki setelah 3 anggota parlemen selama bertugas justru memicu polemik di kalangan parlemen. Tak heran polemik jilbab membuat masyarakat Turki resah hingga mendorong mereka yang terdiri dari kaum nasionalis Turki menggelar demo besar-besaran meminta pihak sekuler pahami pengenaan jilbab, namun pihak CHP atau Partai Republik Rakyat Turki tetap bertekad melarang anggota parlemen berjilbab saat menjalankan tugas.


Umat Islam di Turki akhirnya bisa merayakan kemenangan jilbab setelah memenangkan dalam masalah jilbab khusus pengacara perempuan berjilbab di lingkungan pengadilan tertinggi di negeri itu yang sebelumnya aturan dewan melarang pengacara perempuan berjilbab di lingkungan pengadilan. Sementara anggota parlemen perempuan pun juga merayakan kemenangan berjilbab sejak bulan oktober 2013 dan kini anggota parlemen perempuan Turki bebas memasuki lingkungan parlemen Turki untuk pertama kalinya setelah 14 tahun dilarang berjilbab, ini menandai larangan berjilbab di lembaga-lembaga negara. Sementara itu masyarakat Islam Turki terutama kaum Adam diperbolehkan memelihara janggut dalam kehidupan sehari-hari.

Namun bagaimana gaya kehidupan masyarakat Turki ketika menyambut bulan Ramadhan ? Masyarakat Turki menyambut bulan Ramadhan dengan menggelar tradisi unik yakni  menabuh drum atau bedug mengelilingi area perumahan untuk membangunkan sahur, kemudian menjelang buka puasa mereka jalan-jalan menanti waktu buka puasa tiba. Saat buka puasa tiba, masyarakat Turki biasanya memakan roti pipih yang baru matang bernama Pide, Mezes, Sup, Beragam Kebab dan Borek. Bulan Ramadhan bagi masyarakat Turki menjadi ajang saling bertukar makanan antar keluarga dan juga dijadikan saling mengunjungi orang tua dan berkumpul bersama.

Bulan Syawal adalah kemenangan bagi masyarakat Turki dengan merayakan pesta Idul Fitri atau Seker Bayram atau festival gula dan berziarah ke makam keluarga. Saat bersilaturahmi ke keluarga atau pun kerabat tiba, masyarakat turki memakai pakaian bernama Bayramlik, kemudian ajang seker bayram sangat dinanti oleh anak-anak Turki dimana mereka berkelompok keliling kampung mengucapkan do'a dan sebagai balasan mereka akan menerima coklat atau penganan tradisional Turki seperti Baklava dan Turkish Delight. Ketika Idul Fitri masyarakat Turki mengadakan acara penggalangan dana di antara pagelaran seni tradisional untuk membantu masyarakat miskin.

Begitulah masyarakat Islam Turki, walaupun berada dalam pergulatan antara Islam dan sekulerisme, mereka dengan rendah hati tetap menjalankan kegiatan ritual keagamaan penuh dengan keikhlasan hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar