HIKMAH KEUTAMAAN MENAHAN MARAH

"Dari Abu Hurairah Ra, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW :"Berilah wasiat kepadaku". Sabda Nabi SAW : "Janganlah engkau marah". Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, "Janganlah engkau marah."
Memang sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya. Bersamaan dengan itu sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh syetan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya.
Oleh karena itu, hamba-hamba Allah yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah akan tetapi karena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam dan menahan kemarahan karena Allah. Diantara keutamaan kemuliaan menahan marah terdapat dalam Al-Qur'an yang artinya :
"( Yaitu ) orang-orang yang menafkahkan ( hartanya ), baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". ( QS. Ali Imran : 3 )
Hal ini juga maksudnya adalah bahwa mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka ( melampiaskan kemarahan ), akan tetapi mereka ( justru berusaha ) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang yang menyakiti mereka.
Marah merupakan sikap yang tak baik bagi setiap manusia. Jika seseorang memiliki sikap marah, maka seringkali ia dapat stigma negatif sebagai pemarah. Perlu dipahami bahwa sikap pemarah dampaknya sangat besar bagi kehidupan. Orang yang pemarah akan menjadi orang yang sangat sensitif. Demikian juga biasanya pemarah tidak banyak mempunyai teman. Karena sikapnya yang pemarah maka orang-orang akan menjauh darinya, boleh jadi rezekinya juga begitu. Mengapa demikian ? Karena rezeki itu bukan langsung diberikan atau diturunkan Allah begitu saja kepada kita, melainkan lewat orang di sekitar kita dengan berbagai cara. Maka, disebabkan dengan hal-hal yang demikian Rasulullah dengan tegas melarang kita agar tidak marah.
Sebaliknya sikap ramah dan pemaaflah yang seharusnya kita munculkan bagi setiap orang. Tentunya dengan menjadi orang yang ramah, kita akan memiliki banyak teman dan begitu juga jalan rezeki yang insya Allah akan banyak dan mudah. Karena satu dari sekian banyak kerugian dari seorang pemarah adalah memiliki musuh yang banyak dan begitupun sebaliknya.
TIPS CARA MENAHAN MARAH
Ada beberapa cara untuk menahan dan mengendalikan marah yang bisa dilakukan seorang muslim diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Syeikh Abdul Aziz Bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Adab Al Islamiyah terkait dengan adab-adab berkaitan dengan marah :
Jangan Marah, Kecuali Karena Allah SWT
Menurut Syeikh Sayyid Nada, marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah. "Seorang muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tidak mendatangkan pahala,"tutur Syeikh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, katanya tidak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah. Nabi SAW pun tidak pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.
Berlemah Lembut dan Tidak Marah Karena Urusan Dunia.
Syeikh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Ia mengingatkan kmarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahmi.
Mengingat Keagungan, Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT.
"Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah,"ungkap Syeikh Sayyid Nada. Menurut dia ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan mungkin tidak akan marah sama sekali. Sesungguhnya itulah adab yang paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun ( sabar ).
Menahan dan Meredam Amarah Jika Telah Muncul
Syeikh Sayyid Nada mengungkapkan, Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah SWT berfirman"...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan". ( QS. Ali Imran : 134 ).
Berlindung Kepada Allah Ketika Marah
Nabi SAW bersabda, "Jika seseorang marah mengucapkan A'uudzubillah ( aku berlindung kepada Allah ) niscaya akan reda kemarahannya". ( HR. Ibnu 'Adi dalam Al-Kaamil )
Diam
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam". ( HR. Ahmad ). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
Mengubah Posisi Ketika Marah
Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang diantara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring". ( HR. Ahmad )
Berwudhu
Menurut Syeikh Sayyid Nada, marah adalah api syetan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi menggunakan air dingin dapat menghilangkan amarah serta gejolak darah,"tuturnya.
Memberi Maaf dan Bersabar
Orang-orang yang marah sudah selayaknya memberi ampunan kepada orang-orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya, ".... dan jika mereka marah, mereka memberi maaf", ( QS. Asy-Syuura : 37 )
Memaafkan merupakan bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya. Abdullah Aljadali berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Lalu ia menjawab, "Beliau bukanlah orang yang keji ( dalam perkataan ataupun perbuatan ), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan". ( HR. Tirmidzi )
Dan ini juga adalah bagian dari hikmah manfaat keutamaan memaafkan dalam Islam itu sendiri yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW juga. Umat Islam diperintahkan untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang hebat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang yang hebat adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika marah. Memaafkan dan mengampuni juga merupakan perbuatan yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya.
Rasulullah SAW juga bersabda, "Apabila salah seorang diantara kalian sedang marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk jika kemarahan itu dapat hilang. Apabila kemarahan itu tidak hilang, hendaklah dia berbaring. ( HR. Abu Dawud dari Abu Dzar )
Menahan marah itu memang tidak mudah mengingat sumber amarah itu berasal dari syetan. Namun kabar baiknya, selain menyehatkan badan dan pikiran, menahan marah mampu mendatangkan berkah.
Seperti kata-kata hikmah Umar Bin Khattab, "Aku mencari keberkahan dari sebagian besar pintu-pintu rezeki dan tidaklah ku temukan keberkahan itu selain dari sabar".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar